Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tradisi Gas Desa Kota Blora


Gas Desa

Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang hingga sampai sekarang masih tetap eksis dilaksanakan dan sudah mendarah daging serta menjadi rutinitas bagi masyarakat Jawa pada setiap tahunnya adalah sedekah bumi atau biasa dikenal dengan gas desa. Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau Jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang orang Jawa jaman dahulu. Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh mereka pada masyarakat jawa yang berprofesi sebagai petani, nelayan yang menggantungkan hidup keluarga dan sanak saudara atau sanak keluarga mereka dari mengais rezeki dari memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi.
Bagi masyarakat jawa khususnya para kaum petani dan para nelayan tradisi ritual turun temurun yang di adakan setahun sekali atau tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi, tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari budaya jawa yang menyiratkan symbol penjagaan terhadap kelestarian yang khas bagi masyarakat agraris maupun masyarakat nelayan khususnya yang ada di pulau jawa. Kabupaten Blora, adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Berjarak sekitar 127 kilometer sebelah timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur.

Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Daratan rendah di bagian tengah umumnya merupakan area persawahan. Sehingga pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora.


I.     Struktur Tradisi Lisan
a.  Bentuk Tradisi
Nama tradisi ini adalah “ Gas Deso” bentuk dari tradisi ini adalah Selametan sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Memberi Rejeki.
b. Perangkat-Perangkat Tradisi
Perangkat-Perangkat yang digunakan dalam tradisi ini adalah membawa nasi urap, tumpeng bucu, ayam panggang untuk dijadikan satu dalam sebuah tempat dan ada juga kupat luwar yang diisi beras kuning dan uang receh.
c.  Pelaksanaan Tradisi
tradisi sedekah bumi yang biasa di ssebut “gas deso” oleh masyarakat Blora merupakan suatu tradisi tahunan yang setiap desa berbeda-beda waktu pelaksaannya. Tergantung pada kapan desa tersebut mengalami panen raya dan kemudian baru melaksanakan suatu tradisi sedekah bumi tersebut. Pada upacara tradisi sedekah bumi atau gas deso ini, tidak banyak peristiwa dan kegiatan yang dilakukan didalamnya. Hanya saja, pada waktu acara tersebut biasanya seluruh masyarakat sekitar yang merayakannya membuat tumpeng dan jajanan khas daerah dan berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung, di balai desa, sumur, waduk, makam sesepuh atau tempat-tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat untuk menggelar acara ritual sedekah bumi tersebut. Setelah itu, kemudian masyarakat membawa tumpang dan jajanan khas daerah tersebut ke balai desa atau ke suatu tempat untuk di do’akan oleh seorang pemuka agama atau sesepuh setempat. Usai didoakan oleh sesepuh atau pemuka agama, kemudian kembali diserahkan kepada masyarakat setempat yang membuatnya sendiri. Nasi tumpeng dan jajanan khas daerah yang sudah didoakan oleh sesepuh kampung atau pemuka agama setempat tersebut kemudian dimakan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara sedekah bumi itu. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang membawa nasi tumpeng dan jajanan khas daerah tersebut pulang untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing dan biasanya juga ada beberapa kerabat atau teman yang bermain di saat sedekah bumi untuk meramaikan suasana bersama sambil memakan jajanan atau makanan yang sudah disediakan. Ritual sedekah bumi yang sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat di Kabupaten Blora ini merupakan salah satu jalan dan sebagai symbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Menurut cerita, para nenek moyang orang jawa jaman dahulu, “ Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu symbol yang paling dominan bagi masyarakat kabupaten Blora khususnya para petani untuk menunjukkan rasa cinta kasih saying dan sebagai penghargaaan manusia atas bumi yang telah member kehidupan bagi manusia”. Selain itu, sedekah bumi dalam tradisi masyarakat Blora juga merupakan salah satu bentuk untuk meuangkan serta mencurahkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas nikmat dan berkah yang telah diberikan-Nya. Sehingga seluruh masyarakat Blora bisa menikmatinya.

d. Pelaku Tradisi
Tradisi ini dilaksanakan oleh perangkatperangkat desa seperti sesepuh atau pemuka agama beserta warga desa setempat.
e.  Ujaran
Ujaran atau tuturan yang digunakan adalah kolaborasi antara lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipandukan dengan khazanah-khazanah doa yang bernuansa Islami.

II.   Fungsi Tradisi
a. Fungsi Sosial
 Fungsi sosial dari tradisi ini adalah salah satu jalan dan sebagai symbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.
Dan ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai salah satu symbol yang paling dominan bagi masyarakat kabupaten Blora khususnya para petani untuk menunjukkan rasa cinta kasih saying dan sebagai penghargaaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia
b.      Fungsi Religi
Selain itu, sedekah bumi dalam tradisi masyarakat Blora juga merupakan salah satu bentuk untuk meuangkan serta mencurahkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas nikmat dan berkah yang telah diberikan-Nya. Sehingga seluruh masyarakat Blora bisa menikmatinya.

III.Makna Simbolik
a.       Makna Perilaku
pada acara akhir, nantinya para petani biasanya menyisakan nasi, kepala dan ceker ayam, ketiganya dibungkus dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya masing-masing hal ini bermakna agar dimusim depan sawah petani tidak terkena hama maupun wereng dan hasil panennya melimpah kembali.
b.      Makna kebendaan
Pada saat itu, prgelaran wayang krucil kembali dilanjutkan. Pertunjukan itu dipadukan dengan kupat luwar, melepas ikatan ketupat berisi beras kuning dan uang receh dlam satu kali tarikan. Terurainya ketupat merupakan symbol terlepasnya seseorang dari masalah. Seusai pertunjukan, nasi urap yang semula dijadikan satu dibagikan kembali kepada warga dan pengunjung dengan dibungkus daun jati. Sementara itu, warga Desa janjang membagi-bagikan nasi dan urap itu dalam tampah untuk dimakan bersama-sama. Warga dan pengunjung juga memperoleh pembagian air dari gentong atau guci peninggalan leluhur desa. Nasi, daun jati, dan air merupakan pemberian Sang Pencipta. Ketiganya dipercaya menjadi pertanda kehidupan di tahun berikutnya. Jika nasi yang diberikan kurang, menandakan paceklik panjang. Jika daun jati pembungkus kurang, pertanda panen tembakau gagal. Begiu pula jika air yang diberikan tidak mencukupi, berarti musim kemarau akan berlangsung lama.
c.       Makna Ujaran
kolaborasi antara lantunan kalimat-kalimat Jawa dan yang dipandukan dengan khazanah-khazanah doa yang bernuansa Islami bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Posting Komentar untuk "Tradisi Gas Desa Kota Blora"