Pakaian khas jawa tengah
SALAH SATU PAKAIAN TRADISIONAL JAWA
TENGAH
Jawa tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia, dengan luas wilayah 25,04 % dari Pulau Jawa, Jawa Tengah memiliki potensi alam yang luar biasa. Tak hanya itu, provinsi ini juga memiliki kekayaan budaya yang beragam. Provinsi ini berdiri sejak zaman Syarikat Hindia Timur Belanda ini , didiami oleh sekitar 30 juta jiwa penduduk yang mayoritas adalah Suku Jawa. Suku jawa adalah suku asli yang telah mendiami wilayah Jawa Tengah selama berabad-abad lamanya. Suku jawa juga merupakan etnis terbesar di Indonesia, orang dari Suku Jawa tidak hanya tersebar di wilayah Pulau Jawa saja tapi juga ke seluruh wilayah di Indonesia. Walaupun begitu suku jawa dikenal dengan kekuatan kebudayaannya, khususnya masyarakat Jawa Tengah yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi adat istiadat atau tradisi warisan nenek moyang orang jawa.
Masyarakat Jawa tengah dikenal memiliki
kepatuhan yang tinggi terhadap adat istiadat. Hal ini juga mempengaruhi
bagaimana kebudayaan jawa tengah ini terus bertahan hingga dikenal oleh
masyarakat luar jawa. Masyarakat luar jawa dapat dengan mudah mengenali
karakter atau budaya orang jawa tengah. Selain dengan bersosialisasi,
masyarakat Jawa tengah juga mudah dikenali dari busana atau pakaian yang
dikenakan. Masyarakat Jawa tengah memang memiliki kekhasan busana. Busana khas
dari jawa tengah adala kebaya. Walaupun kebaya dikenal di berbagai daerah di
Indonesia tapi Jawa Tengah memilki ciri khas kebaya tersendiri.
Kebaya berasal dari kata abaya dalam bahasa arab yang berarti tunik panjang khas Arab. Kebaya sendiri dipercaya dibawa oleh orang tiongkok ke Indonesia pada masa migrasi besar-besaran melalui semenanjung Asia Selatan dan tenggara di abad ke 13 hingga 16 Masehi. Di jawa tengah sendiri kebaya mengalami akulturasi dengan adat istiadat daerah setempat. Sebelum tahun 1600 Masehi, kebaya hanya digunakan di kalangan kerajaan saja namun setelah belanda masuk ke nusantara dan mengendalikan pemerintahan para wanita belanda juga mulai memakai busana kebaya. Pada masa ini kebaya mengalami modifikasi dari bahan pembuatan yang memakai sutera sampai kepada sulaman yang berwarna-warni. Sejak saat itu kebaya mulai dikenakan oleh seluruh lapisan masyarakat Nusantara tidak terbatas di kalangan kerajaan saja.
Kebaya berasal dari kata abaya dalam bahasa arab yang berarti tunik panjang khas Arab. Kebaya sendiri dipercaya dibawa oleh orang tiongkok ke Indonesia pada masa migrasi besar-besaran melalui semenanjung Asia Selatan dan tenggara di abad ke 13 hingga 16 Masehi. Di jawa tengah sendiri kebaya mengalami akulturasi dengan adat istiadat daerah setempat. Sebelum tahun 1600 Masehi, kebaya hanya digunakan di kalangan kerajaan saja namun setelah belanda masuk ke nusantara dan mengendalikan pemerintahan para wanita belanda juga mulai memakai busana kebaya. Pada masa ini kebaya mengalami modifikasi dari bahan pembuatan yang memakai sutera sampai kepada sulaman yang berwarna-warni. Sejak saat itu kebaya mulai dikenakan oleh seluruh lapisan masyarakat Nusantara tidak terbatas di kalangan kerajaan saja.
Kaum perempuan Jawa tengah biasanya
memakai kebaya sebagi pakaian sehari-hari atau pada acara-acara formal seperti
pernikahan, upaca adat dan acara lainnya. Kekhasan kebaya Jawa Tengah adalah
modelnya yang merupakan model kebaya Solo atau keratin Surakarta. Selain itu,
masyarakat jawa tengah juga mengenal dua jenis kebaya yaitu kebaya pendek dan
kebaya panjang. Kebaya pendek biasanya terbuat dari bahan katun polos berwarna
atau brokat yang bisa juga dihiasi dengan bunga sulam. Kebaya ini juga yang
biasa dipakai oleh perempuan jawa tengah sebagai busana sehari-hari. Jenis
kebaya ini juga dikenal sebagai kebaya RA Kartini yang merupakan tokoh
emansipasi perempuan dari jawa tengah yang dikenal di seluruh Indonesia bahkan
sampai ke luar negeri. Perempuan jawa tengah biasanya memaki kebaya dengan
menambahkan kain berbentuk persegi panjang dengan warna senada sebagai
penyambung kedua sisi kebaya di bagian dada. Dalam memakai kebaya ini, perempuan
jawa tengah melengkapinya dengan kemben sebagai penutup dada dan kain jarik
batik sebagai bawahan serta memakai sanggul atau konde. Sedangkan kebaya
panjang adalah jenis kebaya yang terbuat dari bahan brokat berwarna gelap
seperti hitam dan merah tua, yang dihiasi pita emas di sekitar baju. Pemakaian
kebaya ini juga dilengkapi dengan kain jarik batik berlipat dan selendang.
Kebaya panjang biasa digunakan oleh perempuan jawa tengah pada acara-acara
resmi atau acara adat. Khusus dalam acara pernikahan, kebaya ini digunakan
pengantin dengan dilengkapi aksesoris seperrti tusuk konde emas dan untaian
bunga melati yang dipasang di sanggul pengantin serta sebuah sisir yang
beerbentuk hamper setengah lingkaran yang dipakai di pusat kepala.
Kebaya Jawa tengah tidak semata-mata
busana yang lazim dikenakan oleh perempuan Jawa. Di balik itu, kebaya juga
menyimpan nilai-nilai moral dan nilai filosofis. Secara moral kebaya merupakan
pakaian yang menyimbolkan kepribadian perempuan jawa yang patuh, lemah lembut,
dan halus. Kain jarik yang membebat tubuh sehingga membatasi gerak-gerik
permepuan jawa bermakna bahwa perempuan jawa adalah sosok yang menjaga kesucian
dirinya dalam arti tidak mudah menyerahkan diri kepada siapapun. Bentuk stagen
yang membentuk tubuh bermakna bahwa perempuan jawa adalah sosok yang mampu
menyesuaikan diri. Dari nilai-nilai yang terkandung tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebaya merupakan symbol dari pepatah jawa “dowo ususe” yang
berarti panjang ususnya atau dapat diartikan kesabaran seorang perempuan jawa.
Kini, kebaya mengalami banyak modifikasi
sebagai busana tradisonal yang masih dipertahankan sebagai aset budaya.
Meskipun, kekinian kebaya sudah tidak lazim lagi menjadi pakaian sehari-hari.
Eksistensi kebaya masih bertahan dan terus berkembang sebagai busana khas
Indonesia. Kebaya saat ini juga dikenal dengan istilah kebaya klasik dan kebaya
modern (telah mengalami penyesuaian dan modifikasi dengan kondisi kekinian).
Meskipun begitu kebaya tetap harus menjaga nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya karena kebaya adalah symbol dari perempuan jawa.
Pakaian tradisional Jawa Tengah tidak
terpaku pada pakaian kaum perempuan saja. Kaum lelaki jawa tengah juga memiliki
busana sendiri yaitu Jawi Jangkep. Jawi Jangkep merupakan seperangkat pakaian
lelaki jawa yang terdiri dari baju beskap dengan motif kembang-kembang, destar
atau blankon yang digunakan di kepala, kain samping jarik, stagen untuk
mengikat kain samping, dan keris serta alas kaki (cemila). Pakaian ini adalah
pakaian khas Jawa Tengah yang berasal dari pakaian kaum bangsawan dan keuarga
keraton Surakarta. Pakaian ini berfungsi sebagai pakaian pada acara-acara adat
dan acara resmi keratin. Sama halnya dengan kebaya, pakaian ini merupakan
symbol-simbol yang mengandung makna-makna filosofis. Penutup kepala atau blankon
ini bermakna bahwa laki-laki jawa harus memiliki pikiran yang teguh dan tidak
mudah terombang-ambing. Pakaian beskap selalu memilki benik atau kancing di
sbelah kiri dan kanan yang bermakna, lelaki jawa harus memperhitungkan segala
perbuatan yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Kain jarik atau wiru
jarik yang dipakai dengan melipat pinggiran secara vertical dengan maksud agara
jarik tidak terlepas dari wirunya. Maknya adalah agar para lekaki jawa jangan
sampai melakukukan sesuatu dengan keliru. Segala hal harus dilakukan dengan
benar agar memperoleh hasil yang baik. Sedangkan keris yang dikenakan di bagian
belakang pinggang pakaian ini bermakna bahwa manusia harus selalu bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan mampu menolak semua godaan setan yang
menyesatkan manusia. Selain itu keris juga menjadi lambing kejantanan dan
keperkasaan seorang lelaki Jawa.
sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/959/kebaya-dan-jawi-jangkep
kunjungin kampus terbaik di sumatera utara :
BalasHapushttps://www.uma.ac.id/
https://ekonomi.uma.ac.id/
https://akuntansi.uma.ac.id/
http://teknik.uma.ac.id/
http://arsitektur.uma.ac.id/
http://mesin.uma.ac.id/
http://sipil.uma.ac.id/
http://industri.uma.ac.id/
http://elektro.uma.ac.id/